marqaannews.net – Seorang turis asal Argentina, Gaston Fernando Burlon, mengalami insiden mengerikan saat berwisata di Rio de Janeiro, Brasil. Ia tersesat di kawasan yang dikuasai oleh geng kriminal setelah mengikuti petunjuk dari Google Maps. Akibatnya, Burlon ditembak dan mengalami luka serius di bagian kepala dan dada.
Pada Jumat, 13 Desember 2024, Gaston Fernando Burlon berencana untuk mengunjungi patung Christ the Redeemer di Rio de Janeiro. Bersama istri dan anaknya, mereka melewati Morro dos Prazeres, sebuah favela yang didominasi oleh geng kriminal Red Command. Karena dianggap sebagai ancaman, Burlon ditembak oleh penjahat bersenjata dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Souza Aguiar. Lukanya disebut serius oleh sekretariat kesehatan Rio.
Gaston Fernando Burlon bukanlah orang sembarangan. Ia adalah mantan sekretaris pariwisata untuk kota Bariloche di Argentina dan saat ini menjabat sebagai presiden Kamar Pariwisata Mahasiswa Argentina. Pemerintah Argentina telah mengirim staf untuk memberikan bantuan kepada Burlon dan keluarganya, serta tim medis sedang berusaha menstabilkan kondisinya agar dapat menjalani operasi.
Insiden serupa pernah terjadi di wilayah yang sama pada tahun 2016. Saat itu, turis Italia bernama Roberto Bardella sedang berkeliling Amerika Selatan dengan sepeda motor bersama temannya, Rino Polato. Bardella tewas dalam insiden tersebut, sementara Polato ditemukan dalam keadaan tidak terluka.
Kasus ini menimbulkan reaksi keras dari publik dan pemerintah. Seorang pejabat kementerian pariwisata Argentina mengatakan bahwa pemerintah negara itu sedang menindaklanjuti kasus tersebut dan telah mengirim seorang staf untuk memberikan bantuan kepada Burlon dan keluarganya. Selain itu, ada juga tuntutan terhadap Google Maps karena dianggap menyesatkan pengguna dengan mengarahkan mereka ke kawasan berbahaya.
Tidak hanya Burlon, turis lain juga mengalami nasib serupa. Walter Fischel, turis asal Amerika Serikat, ditembak dan dirampok di Cape Town, Afrika Selatan, setelah mengikuti petunjuk Google Maps yang mengarahkannya ke daerah rawan kriminalitas bernama Nyanga. Fischel berencana menuntut Google atas kejadian yang menimpanya.
Google telah menghapus Nyanga dari rute pintasan pada November 2023 setelah berbicara dengan otoritas pariwisata Afrika Selatan. Google menyatakan bahwa mereka telah memperbarui Google Maps dan menyediakan rute alternatif yang lebih aman bagi pengguna.
Kasus Gaston Fernando Burlon menunjukkan betapa berbahayanya mengandalkan navigasi satelit tanpa pengetahuan lokal yang memadai. Meskipun Google Maps telah memperbarui rutenya, insiden ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan memverifikasi informasi sebelum memasuki daerah yang tidak dikenal. Pemerintah dan perusahaan teknologi juga perlu bekerja sama untuk memastikan keamanan para wisatawan.