marqaannews.net – Tragedi menimpa kapal nelayan KM Putra Bahari di perairan Selat Madura, Jawa Timur. Kapal yang ditumpangi oleh 10 anak buah kapal (ABK) ini pecah dihantam ombak besar, mengakibatkan seorang anak nakhoda, M. Fadli (17), tewas. Berikut adalah kronologi lengkap kejadian yang menimpa kapal nelayan tersebut.
Kejadian bermula pada Kamis, 19 Desember 2024, sekitar pukul 03.00 WIB. Kapal KM Putra Bahari yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, menuju perairan Selat Madura untuk mencari ikan, dihantam ombak besar yang datang secara tiba-tiba. Kapal yang dipimpin oleh Nakhoda Samsul ini tidak mampu menahan hempasan ombak yang sangat kuat, menyebabkan lambung kapal pecah dan air masuk ke dalam kapal.
Melihat kapal mulai tenggelam, para ABK berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan pelampung dan peralatan keselamatan lainnya. Namun, kondisi laut yang sangat buruk membuat upaya penyelamatan menjadi sangat sulit. M. Fadli, anak nakhoda yang masih berusia 17 tahun, tidak berhasil menyelamatkan diri dan tenggelam di tengah laut.
Para ABK lainnya berhasil bertahan hidup dengan berpegangan pada puing-puing kapal yang masih mengapung. Mereka berusaha menghubungi pihak berwenang untuk meminta bantuan.
Pihak Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) segera menurunkan tim penyelamat setelah menerima laporan tentang kejadian tersebut. Tim penyelamat berhasil menemukan dan mengevakuasi para ABK yang selamat. Namun, M. Fadli ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah beberapa jam pencarian.
Kepala Basarnas Jawa Timur, Muhammad Arif, mengatakan bahwa kondisi cuaca yang buruk dan ombak besar menjadi faktor utama yang menyebabkan kapal pecah dan tenggelam. “Kami telah mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk melakukan pencarian dan evakuasi. Kami turut berduka cita atas meninggalnya M. Fadli,” ujar Arif.
Kabar meninggalnya M. Fadli membuat duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekan sesama ABK. Samsul, nakhoda kapal, mengungkapkan rasa sedih dan kehilangan yang mendalam atas kepergian anaknya. “Fadli adalah anak yang baik dan rajin bekerja. Kami sangat kehilangan dia,” ujar Samsul dengan suara bergetar.
Masyarakat sekitar juga turut merasakan duka yang mendalam. Mereka mengadakan doa bersama untuk mendoakan arwah M. Fadli dan memberikan dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan.
Tragedi yang menimpa kapal nelayan KM Putra Bahari menjadi peringatan bagi semua pihak tentang betapa berbahayanya pekerjaan sebagai nelayan. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan ombak besar menjadi ancaman serius yang harus dihadapi oleh para nelayan setiap harinya. Diharapkan, pemerintah dan pihak berwenang dapat memberikan perlindungan dan dukungan lebih baik kepada para nelayan agar tragedi serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.