marqaannews.net – Tragedi kemanusiaan terjadi di perbatasan Lebanon-Israel pada Minggu (26/01/2025) ketika 22 warga Lebanon tewas setelah ditembak oleh tentara Israel. Kejadian ini menimbulkan gelombang kemarahan dan duka di Lebanon serta mengundang kecaman dari berbagai pihak internasional.
Kejadian bermula ketika sekelompok warga Lebanon yang berasal dari berbagai desa di Lebanon Selatan berencana untuk pulang ke rumah mereka setelah mengungsi akibat konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Mereka berjalan kaki menuju perbatasan dengan harapan bisa kembali ke rumah mereka yang telah lama ditinggalkan.
Namun, ketika mereka mendekati perbatasan, tentara Israel yang berjaga di pos pemeriksaan menembaki mereka tanpa peringatan terlebih dahulu. Menurut saksi mata, tembakan tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas. “Kami hanya ingin pulang ke rumah, tapi mereka menembak kami tanpa alasan,” ujar salah satu korban selamat.
Akibat dari penembakan tersebut, 22 warga Lebanon tewas seketika, sementara beberapa lainnya mengalami luka-luka parah. Korban-korban tersebut termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak bersenjata dan tidak menunjukkan tanda-tanda ancaman.
Kejadian ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Lebanon. Banyak dari mereka yang kehilangan sanak saudara dan teman-teman dekat. “Saya kehilangan adik saya dalam tragedi ini. Saya tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup tanpa dia,” ujar salah satu keluarga korban.
Pemerintah Lebanon segera mengecam tindakan brutal tentara Israel dan menuntut pertanggungjawaban atas kejadian tersebut. Presiden Lebanon, Michel Aoun, menyatakan bahwa tindakan Israel adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.
“Kami mengutuk keras tindakan brutal Israel yang telah merenggut nyawa warga sipil yang tidak bersalah. Kami akan membawa kasus ini ke forum internasional dan menuntut pertanggungjawaban penuh dari Israel,” ujar Presiden Aoun dalam konferensi pers.
Kejadian ini juga mengundang kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sekretaris Jenderalnya, Antonio Guterres, menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri.
“Kami sangat prihatin dengan kejadian ini dan mendesak kedua belah pihak untuk segera menghentikan kekerasan. Kami juga mendesak dilakukannya penyelidikan independen untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian ini,” ujar Guterres.
Pemerintah Lebanon telah membentuk tim investigasi untuk mengumpulkan bukti dan kesaksian dari para korban selamat serta saksi mata. Tim ini akan bekerja sama dengan organisasi hak asasi manusia internasional untuk memastikan bahwa kejadian ini diinvestigasi secara transparan dan adil.
Selain itu, pemerintah juga berencana untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional untuk memastikan bahwa pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. “Kami tidak akan tinggal diam dan akan berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi para korban dan keluarga mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdullah Bou Habib.
Tragedi di perbatasan Lebanon-Israel ini menjadi pengingat akan pentingnya perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Kejadian ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Lebanon, serta mengundang kecaman dari berbagai pihak internasional. Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan dan kedua belah pihak dapat menemukan jalan damai untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama.