marqaannews.net – Jakarta – Isu seputar mahalnya biaya Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan dugaan praktik perundungan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali mencuat di ruang publik. Menanggapi hal itu, salah satu guru besar FKUI angkat bicara. Ia menyampaikan keprihatinan atas maraknya framing negatif yang menurutnya tidak menggambarkan realitas secara utuh.

Guru Besar FKUI Buka Suara

Guru Besar FKUI tersebut mengaku sedih karena publik cenderung menerima informasi yang tidak utuh. Ia menyebut, narasi soal “PPDS mahal dan penuh bullying” berpotensi merusak kepercayaan link alternatif medusa88 masyarakat terhadap institusi pendidikan kedokteran.

“Kami tidak menutup mata terhadap kritik, tapi penting untuk menempatkan persoalan dalam konteks yang objektif,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa proses pendidikan spesialis memang menuntut tanggung jawab besar karena menyangkut nyawa manusia. Oleh karena itu, beban dan tantangan yang dihadapi peserta didik tak bisa disederhanakan begitu saja.

Biaya PPDS Bukan untuk Komersialisasi

Menjawab tudingan soal biaya tinggi, ia menyebut bahwa FKUI tidak pernah mengkomersialisasi pendidikan. Biaya yang dibebankan kepada peserta, menurutnya, sudah disesuaikan dengan kebutuhan operasional dan mutu pendidikan.

“Kalau kita ingin dokter spesialis yang kompeten, tentu fasilitas dan pendidikannya harus memadai,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa dana tersebut langsung digunakan untuk kegiatan pendidikan, bukan untuk keuntungan lembaga.

Meskipun begitu, ia membuka ruang dialog terkait transparansi dan efisiensi dana agar mahasiswa merasa lebih nyaman.

FKUI Tegas terhadap Kasus Perundungan

Lebih lanjut, guru besar ini menyampaikan bahwa FKUI tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan verbal maupun nonverbal. Pihak kampus telah menyediakan saluran pengaduan dan mekanisme penanganan yang jelas bagi peserta didik.

“Kami terus melakukan pembenahan. Jika ada laporan, kami tindaklanjuti dengan cepat,” tegasnya.

Di sisi lain, ia berharap masyarakat tidak langsung menyimpulkan bahwa seluruh sistem pendidikan dokter diisi oleh budaya perundungan.

Seruan untuk Tidak Terjebak Narasi Sepihak

Guru besar FKUI juga mengimbau media dan warganet agar lebih bijak dalam menyampaikan opini. Ia menekankan bahwa framing negatif bisa berdampak pada motivasi ribuan calon dokter yang sedang menempuh pendidikan.

“Bayangkan kalau generasi muda kehilangan semangat hanya karena opini yang tak utuh. Kita harus dukung mereka, bukan menjatuhkan,” ujarnya.

Sebagai penutup, ia mengajak semua pihak bekerja sama membangun sistem pendidikan yang kuat, adil, dan tetap manusiawi.

By marqaan