marqaannews.net – Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, telah menjadi salah satu tokoh paling menonjol dalam pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-47. Kehadiran Musk di acara ini menandai puncak dari hubungan yang semakin erat antara miliarder teknologi dan politisi kontroversial.
Musk, yang dikenal dengan ambisinya untuk mengirim manusia ke Mars, mendapatkan dukungan penuh dari Trump selama acara pelantikan. Dalam pidato pelantikannya, Trump berjanji untuk “mengejar takdir nyata kita ke bintang-bintang, meluncurkan astronot Amerika yang menanam bendera bintang dan garis di planet Mars.” Musk, yang berdiri beberapa kaki dari Trump, tersenyum lebar dan mengacungkan kedua tangannya ke udara, menunjukkan persetujuan yang kuat terhadap visi presiden tersebut.
Hubungan antara Musk dan Trump telah berkembang pesat sejak pemilihan presiden 2024, di mana Musk secara terbuka mendukung Trump dan berkontribusi sekitar $200 juta untuk super PAC yang mendukung Trump9. Kehadiran Musk di pelantikan juga menandai peran pentingnya dalam proyek-proyek pemerintah, termasuk kerja sama dengan mantan kandidat presiden Republik Vivek Ramaswamy dalam upaya yang dikenal sebagai Departemen Efisiensi Pemerintah, yang bertujuan untuk mengurangi birokrasi federal, regulasi, dan pengeluaran.
Sementara itu, CEO TikTok, Shou Zi Chew, juga hadir di pelantikan Trump, menandai perubahan besar dalam hubungan antara perusahaan media sosial dan pemerintah AS. Chew, yang telah diundang untuk duduk di posisi kehormatan di podium, bergabung dengan tokoh-tokoh teknologi lainnya seperti Mark Zuckerberg dan Jeff Bezos.
Kehadiran Chew di pelantikan Trump datang pada saat masa depan TikTok di Amerika Serikat masih belum pasti. Undang-undang yang memerlukan penjualan TikTok ke perusahaan Amerika atau larangan aplikasi tersebut masih berlaku, dan Mahkamah Agung belum memberikan keputusan definitif tentang konstitusionalitas undang-undang tersebut46. Namun, Trump telah menunjukkan minat untuk menemukan solusi politik untuk menyelamatkan aplikasi tersebut, yang telah menjadi alat kampanye yang efektif baginya.
Pada hari pelantikan, Trump menandatangani perintah eksekutif yang menangguhkan larangan TikTok selama 75 hari, memberikan waktu lebih bagi ByteDance, perusahaan induk TikTok, untuk menemukan pembeli Amerika. Langkah ini memberikan kelegaan bagi 170 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat, yang sebelumnya menghadapi kemungkinan kehilangan akses ke platform tersebut.
Kehadiran Musk dan Chew di pelantikan Trump menunjukkan pergeseran dinamika kekuasaan antara teknologi besar dan pemerintah. Dengan Musk yang semakin terlibat dalam proyek-proyek pemerintah dan Chew yang berusaha menyelamatkan TikTok dari larangan, jelas bahwa hubungan antara teknologi dan politik akan terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang.
Para kritikus, termasuk mantan Presiden Joe Biden, telah memperingatkan tentang munculnya oligarki di Amerika Serikat, di mana kekayaan ekstrem dan pengaruh dapat mengancam demokrasi dan hak-hak dasar warga negara3. Namun, bagi banyak orang, kehadiran tokoh-tokoh teknologi di pelantikan Trump menunjukkan komitmen untuk inovasi dan pertumbuhan ekonomi di bawah administrasi baru.
Dalam beberapa bulan mendatang, akan menarik untuk melihat bagaimana hubungan antara Trump dan para pemimpin teknologi ini berkembang dan bagaimana keputusan yang diambil selama masa jabatan kedua Trump akan mempengaruhi lanskap teknologi dan politik Amerika.